Selasa, 24 Januari 2017

Materi 1 Kelas Bunda Sayang IIP JKT Batch 2 "Komunikasi Produktif"



Rekapitulasi Materi 1 Kelas Bunda Sayang
Komunikasi Produktif

Hari/tanggal : Senin, 22 Januari 2017
Fasilitator : Teh Annis
Perekap : Rita Lestari

Institut Ibu Profesional
Materi Kelas Bunda Sayang sesi #1

KOMUNIKASI PRODUKTIF

Selisih paham sering kali muncul bukan karena isi percakapan melainkan dari cara penyampaiannya. Maka di tahap awal ini penting bagi kita untuk belajar cara berkomunikasi yang produktif,  agar tidak mengganggu hal penting yang ingin kita sampaikan,  baik kepada diri sendiri,  kepada pasangan hidup kita dan anak-anak kita.

KOMUNIKASI DENGAN DIRI SENDIRI

Tantangan terbesar dalam komunikasi adalah mengubah pola komunikasi diri kita sendiri. Karena mungkin selama ini kita tidak menyadarinya bahwa komunikasi diri kita termasuk ranah komunikasi yang tidak produktif. 

Kita mulai dari pemilihan kata yang kita gunakan sehari-hari.

Kosakata kita adalah output dari struktur berpikir  dan cara kita berpikir

Ketika kita selalu berpikir positif maka kata-kata yang keluar dari mulut kita juga kata-kata positif, demikian juga sebaliknya.

Kata-kata anda itu membawa energi, maka pilihlah kata-kata anda

Kata  masalah gantilah dengan tantangan

Kata Susah gantilah dengan Menarik

Kata Aku tidak tahu gantilah Ayo kita cari tahu

Ketika kita berbicara “masalah” kedua ujung bibir kita turun, bahu tertunduk, maka kita akan merasa semakin berat dan tidak bisa melihat solusi. 


Tapi jika kita mengubahnya dengan “TANTANGAN”, kedua ujung bibir kita tertarik, bahu tegap, maka nalar kita akan bekerja mencari solusi.


Pemilihan diksi (Kosa kata) adalah pencerminan diri kita yang sesungguhnya


Pemilihan kata akan memberikan efek yang berbeda terhadap kinerja otak. Maka kita perlu berhati-hati dalam memilih kata supaya hidup lebih berenergi dan lebih bermakna.


 Jika diri kita masih sering berpikiran negatif, maka kemungkinan diksi (pilihan kata) kita juga kata-kata negatif, demikian juga sebaliknya.


KOMUNIKASI DENGAN PASANGAN

Ketika berkomunikasi dengan orang dewasa lain, maka awali dengan kesadaran bahwa “aku dan kamu” adalah 2 individu yang berbeda dan terima hal itu.


 Pasangan kita dilahirkaan oleh ayah ibu yang berbeda dengan kita, tumbuh dan berkembang pada lingkungan yang berbeda, belajar pada kelas yang berbeda, mengalami hal-hal yang berbeda dan banyak lagi hal lainnya.


Maka sangat boleh jadi pasangan kita memiliki Frame of Reference (FoR) dan Frame of Experience (FoE) yang berbeda dengan kita.


FoR adalah cara pandang, keyakinan, konsep dan tatanilai yang dianut seseorang. Bisa berasal dari pendidikan ortu, bukubacaan, pergaulan, indoktrinasi dll.


FoE adalah serangkaian kejadian yang dialami seseorang, yang dapat membangun emosi dan sikap mental seseorang.


FoE dan FoR mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu pesan/informasi yang datang kepadanya.


Jadi jika pasangan memiliki pendapat dan pandangan yang berbeda atas sesuatu, ya tidak apa-apa, karena FoE dan FoR nya memang berbeda.


Komunikasi dilakukan untuk MEMBAGIKAN yang kutahu kepadamu, sudut pandangku agar kau mengerti, dan demikian pula SEBALIKnya.


Komunikasi yang baik akan membentuk FoE/FoR ku dan FoE/FoR mu ==> FoE/FoR KITA


 Sehingga ketika datang informasi akan dipahami secara sama antara kita dan pasangan kita, ketika kita menyampaikan sesuatu,  pasangan akan menerima pesan kita itu seperti yang kita inginkan.


Komunikasi menjadi bermasalah ketika menjadi MEMAKSAKAN pendapatku kepadamu, harus kau pakai sudut pandangku dan singkirkan sudut pandangmu.


Pada diri seseorang ada komponen NALAR dan EMOSI; bila Nalar panjang - Emosi kecil; bila Nalar pendek - Emosi tinggi


Komunikasi antara 2 orang dewasa berpijak pada Nalar.
Komunikasi yang sarat dengan aspek emosi terjadi pada anak-anak atau orang yang sudah tua.


Maka bila Anda dan pasangan masih masuk kategori Dewasa --sudah bukan anak-anak dan belum tua sekali-- maka selayaknya mengedepankan Nalar daripada emosi, dasarkan pada fakta/data dan untuk problem solving.


Bila Emosi anda dan pasangan sedang tinggi, jeda sejenak, redakan dulu ==> agar Nalar anda dan pasangan bisa berfungsi kembali dengan baik.


Ketika Emosi berada di puncak amarah (artinya Nalar berada di titik terendahnya) sesungguhnya TIDAK ADA komunikasi disana, tidak ada sesuatu yang dibagikan; yang ada hanya suara yang bersahut-sahutan, saling tindih berebut benar.


Ada beberapa kaidah yang dapat membantu meningkatkan efektivitas dan produktivitas komunikasi Anda dan pasangan:


1. Kaidah 2C: Clear and Clarify

Susunlah pesan yang ingin Anda sampaikan dengan kalimat yang jelas (clear) sehingga mudah dipahami pasangan. Gunakan bahasa yang baik dan nyaman bagi kedua belah pihak.


Berikan kesempatan kepada pasangan untuk bertanya, mengklarifikasi (clarify) bila ada hal-hal yang tidak dipahaminya.


2. Choose the Right Time

Pilihlah waktu dan suasana yang nyaman untuk menyampaikan pesan. Anda yang paling tahu tentang hal ini. Meski demikian tidak ada salahnya bertanya kepada pasangan waktu yang nyaman baginya berkomunikasi dengan anda, suasana yang diinginkannya, dll.


3. Kaidah 7-38-55

Albert Mehrabian menyampaikan bahwa pada komunikasi yang terkait dengan perasaan dan sikap (feeling and attitude) aspek verbal (kata-kata) itu hanya 7% memberikan dampak pada hasil komunikasi. 


Komponen yang lebih besar mempengaruhi hasil komunikasi adalah intonasi suara (38%) dan bahasa tubuh (55%).

Anda tentu sudah paham mengenai hal ini. Bila pasangan anda mengatakan "Aku jujur. Sumpah berani mati!" namun matanya kesana-kemari tak berani menatap Anda, nada bicaranya mengambang maka pesan apa yang Anda tangkap? Kata-kata atau bahasa tubuh dan intonasi yang lebih Anda percayai?

Nah, demikian pula pasangan dalam menilai pesan yang Anda sampaikan, mereka akan menilai kesesuaian kata-kata, intonasi dan bahasa tubuh Anda.

4. Intensity of Eye Contact

Pepatah mengatakan mata adalah jendela hati


Pada saat berkomunikasi tataplah mata pasangan dengan lembut, itu akan memberikan kesan bahwa Anda terbuka, jujur, tak ada yang ditutupi. Disisi lain, dengan menatap matanya Anda juga dapat mengetahui apakah pasangan jujur, mengatakan apa adanya dan tak menutupi sesuatu apapun.


5. Kaidah: I'm responsible for my communication results

Hasil dari komunikasi adalah tanggung jawab komunikator, si pemberi pesan.

Jika si penerima pesan tidak paham atau salah memahami, jangan salahkan ia, cari cara yang lain dan gunakan bahasa yang dipahaminya.


Perhatikan senantiasa responnya dari waktu ke waktu agar Anda dapat segera mengubah strategi dan cara komunikasi bilamana diperlukan. Keterlambatan memahami respon dapat berakibat timbulnya rasa jengkel pada salah satu pihak atau bahkan keduanya.


KOMUNIKASI DENGAN ANAK

Anak –anak itu memiliki gaya komunikasi yang unik. 

Mungkin mereka tidak memahami perkataan kita, tetapi mereka tidak pernah salah meng copy


Sehingga gaya komunikasi anak-anak kita itu bisa menjadi cerminan gaya komunikasi orangtuanya. 

Maka kitalah yang harus belajar gaya komunikasi yang produktif dan efektif. Bukan kita yang memaksa anak-anak untuk memahami gaya komunikasi orangtuanya.

Kita pernah menjadi anak-anak, tetapi anak-anak belum pernah menjadi orangtua, sehingga sudah sangat wajar kalau kita yang harus memahami mereka.

Bagaimana Caranya ?

a. Keep Information Short & Simple (KISS)

Gunakan kalimat tunggal, bukan kalimat majemuk

⛔Kalimat tidak produktif :
“Nak, tolong setelah mandi handuknya langsung dijemur kemudian taruh baju kotor di mesin cuci ya, sisirlah rambutmu, dan jangan lupa rapikan tempat tidurmu.


✅Kalimat Produktif :
“Nak, setelah mandi handuknya langsung dijemur ya”  ( biarkan aktivitas ini selesai dilakukan anak, baru anda berikan informasi yang lain)

b. Kendalikan intonasi suara dan gunakan suara ramah

Masih ingat dengan rumus 7-38-55 ? selama ini kita sering menggunakan suara saja ketika berbicara ke anak, yang ternyata hanya 7% mempengaruhi keberhasilan komunikasi kita ke anak. 38% dipengaruhi intonasi suara dan 55% dipengaruhi bahasa tubuh

⛔Kalimat tidak produktif:
“Ambilkan buku itu !” ( tanpa senyum, tanpa menatap wajahnya)

✅Kalimat Produktif :
“Nak, tolong ambilkan buku itu ya” (suara lembut , tersenyum, menatap wajahnya)

Hasil perintah pada poin 1 dengan 2 akan berbeda. Pada poin 1, anak akan mengambilkan buku dengan cemberut. Sedangkan poin 2, anak akan mengambilkan buku senang hati. 

c.  Katakan apa yang kita inginkan, bukan yang tidak kita inginkan

⛔Kalimat tidak produktif :
“Nak, Ibu tidak ingin kamu ngegame terus sampai lupa sholat, lupa belajar !”

✅Kalimat produktif :
“Nak, Ibu ingin kamu sholat tepat waktu dan rajin belajar”

d.  Fokus ke depan, bukan masa lalu

⛔Kalimat tidak produktif :
“Nilai matematikamu jelek sekali,Cuma dapat 6! Itu kan gara-gara kamu ngegame terus,sampai lupa waktu,lupa belajar, lupa PR. Ibu juga bilang apa. Makanya nurut sama Ibu biar nilai tidak jeblok. Kamu sih nggak mau belajar sungguh-sungguh, Ibu jengkel!”

✅Kalimat produktif :
“Ibu lihat nilai rapotmu, hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan, ada yang bisa ibu bantu? Sehingga kamu bisa mengubah strategi belajar menjadi lebih baik lagi”

e. Ganti kata ‘TIDAK BISA” menjadi “BISA”

Otak kita akan bekerja seseai kosa kata. Jika kita mengatakan “tidak bisa” maka otak akan bekerja mengumpulkan data-data pendukung faktor ketidakbisaan tersebut. Setelah semua data faktor penyebab ketidakbisaan kita terkumpul , maka kita malas mengerjakan hal tersebut yang pada akhirnya menyebabkan ketidakbisaan sesungguhnya. Begitu pula dengan kata “BISA” akan membukakan jalan otak untuk mencari faktor-faktor penyebab bisa tersebut, pada akhirnya kita BISA menjalankannya.

f. Fokus pada solusi bukan pada masalah

⛔Kalimat tidak produktif :
“Kamu itu memang tidak pernah hati-hati, sudah berulangkali ibu ingatkan, kembalikan mainan pada tempatnya, tidak juga dikembalikan, sekarang hilang lagi kan, rasain sendiri!”

✅Kalimat produktif:
“ Ibu sudah ingatkan cara mengembalikan mainan pada tempatnya, sekarang kita belajar memasukkan setiap kategori mainan dalam satu tempat. Kamu boleh ambil mainan di kotak lain, dengan syarat masukkan mainan sebelumnya pada kotaknya terlebih dahulu”.


g. Jelas dalam memberikan pujian dan kritikan

Berikanlah pujian dan kritikan dengan menyebutkan perbuatan/sikap apa saja yang perlu dipuji dan yang perlu dikritik. Bukan hanya sekedar memberikan kata pujian dan asal kritik saja. Sehingga kita mengkritik sikap/perbuatannya bukan mengkritik pribadi anak tersebut.

⛔Pujian/Kritikan tidak produktif:

“Waah anak hebat, keren banget sih”
“Aduuh, nyebelin banget sih kamu”

✅Pujian/Kritikan produktif:
“Mas, caramu menyambut tamu Bapak/Ibu tadi pagi keren banget, sangat beradab, terima kasih ya nak”

“Kak, bahasa tubuhmu saat kita berbincang-bincang dengan tamu Bapak/Ibu tadi sungguh sangat mengganggu, bisakah kamu perbaiki lagi?”

h. Gantilah nasihat menjadi refleksi pengalaman

⛔Kalimat Tidak Produktif:
“Makanya jadi anak jangan malas, malam saat mau tidur, siapkan apa yang harus kamu bawa, sehingga pagi tinggal berangkat”

✅Kalimat Produktif:
“Ibu dulu pernah merasakan tertinggal barang yang sangat penting seperti kamu saat ini, rasanya sedih dan kecewa banget, makanya ibu selalu mempersiapkan segala sesuatunya di malam hari menjelang tidur.

I. Gantilah kalimat interogasi dengan pernyataan observasi

⛔Kalimat tidak produktif :
“Belajar apa hari ini di sekolah? Main apa saja tadi di sekolah?

✅Kalimat produktif :
“ Ibu lihat matamu berbinar sekali hari ini,sepertinya  bahagia sekali di sekolah,  boleh berbagi kebahagiaan dengan ibu?”

j. Ganti kalimat yang Menolak/Mengalihkan perasaan dengan kalimat yang menunjukkan empati

⛔Kalimat tidak produktif :
"Masa sih cuma jalan segitu aja capek?"

✅kalimat produktif :
kakak capek ya? Apa yang paling membuatmu lelah dari perjalanan kita hari ini?

k. Ganti perintah dengan pilihan

⛔kalimat tidak produktif :
“ Mandi sekarang ya kak!”

✅Kalimat produktif :
“Kak 30 menit  lagi kita akan berangkat, mau melanjutkan main 5 menit lagi,  baru mandi, atau mandi sekarang, kemudian bisa melanjutkan main sampai kita semua siap berangkat



Salam Ibu Profesional,


/Tim Bunda Sayang IIP/

Sumber bacaan:
Albert Mehrabian, Silent Message : Implicit Communication of Emotions and attitudes, e book, paperback,2000

Dodik mariyanto, Padepokan Margosari : Komunikasi Pasangan, artikel, 2015


Institut Ibu Profesional, Bunda Sayang : Komunikasi Produktif, Gaza Media, 2014


Hasil wawancara dengan Septi Peni Wulandani tentang pola komunikasi di Padepokan Margosari

TANYA JAWAB

1⃣ Febry

Pertanyaan pertama:
Saya mau nanya, untuk komunikasi dengan Suami. Saya sangat sulit mengontrol ketika keadaan sedang emosi2 nya, lalu malah suami yg duluan mengeluarkan kata2 yg tidak enak saya dengar. Seperti mengatakan: "Saya kesal Mi". Dan kata2 ini berulang kali diucapkan suami ke saya.  Apa yg harus saya lakukan? Saya sempat menjawab bahwa bahaya jika kata2 seperti itu didengar oleh anak2.

Bunda, seyogyanya suami adalah imam kita. Maka ketika suami berbicara baiknya kita mendengarkan apa yang beliau katakan. Komunikasi yang dilakukan ketika dalam keadaan marah biasanya tidak akan berhasil. Maka salah satu harus ada yang mengalah. Setelah keadaan lebih tenang maka komunikasi bisa dilanjutkan kembali. Baiknya ada kesepakatan antara suami dan istri apa yang harus dilakukan masing masing ketika salah satu dalam keadaan tidak stabil emosi termasuk marah.✅

Pertanyaan kedua:
Jika sedang emosi tinggi, apa yg seharusnya dilakukan? Apakah pergi menjauh, tarik nafas, atau seperti apa agar tidak keluar kata2 yang tidak produktif?

Ini tergantung kesepakatan bersama salah satunya. Karena jika suami marah kemudian istri tiba tiba pergi meninggalkan suami tentu saja itu tidak baik. Tarik nafas adalah salah satu terapi ketika emosi memuncak tentunya diiringi dengan dzikir kepada Allah. Usahakan kita tidak mengeluarkan banyak kata ketika emosi karena biasanya memang kata kata yang keluar tidak produktif✅

2⃣ Sifa

Saya suka sekali dengan topik ini. PENTING sekali untuk saya terutama komunikasi dengan anak.

Saya selalu berusaha menggunakan kalimat POSITIF, contohnya 
Kejadian siang ini sepulang sekolah. Anak saya usia 7 tahun.

Anak: Bunda aku main dulu
Saya: Iya, tapi Mas makan dan sholat dulu ya baru main.

Reaksinya adalah ia menolak dan ngambek sampai ketiduran (sepertinya efek lelah juga dan mengantuk setelah bangun subuh)

Pertanyaan saya
Bagaimana cara agar anak saya paham bahwa saya mengizinkan ia bermain ASAL 😝 ia sudah sholat (dan makan/istirahat)

Hebat ya ananda sudah belajar sholat diusianya yang 7 tahun. Anak anak usia itu memang masih suka bermain yaa.. Proses membiasakan syariat agama salah satunya sholat memang tantangannya luar biasa karena fitrah bermainnnya masih besar. Mungkin bunda bisa coba membalikkan kata katanya " boleh main setelah sholat dan makan yaa". Kalau untuk masalah makan mungkin masih bisa negosiasi apa makan dulu ataw main dulu. Tapi khusus untuk sholat memang diusahakan anak terbiasa mendahulukan sholat daripada main. Walaupun sholat belum wajib. Jadi walaupun anak lalai tidak berdosa.✅

3⃣ Agris

- Kadangkala saya merasakan bahwa suasana di kantor terkadang kurang kondusif, sehingga membuat saya terjebak dalam pikiran negatif. Bagaimana cara memfilter pengaruh tersebut dan tetap fokus membangun aura positif?

▶Ibu yang bekerja di ranah publik atawpun di ranah domestik memang akan diuji dengan sesuatu yang kurang mengenakan. Jika bunda merasa keadaan di kantor kurang nyaman sehingga aura itu terbawa ke rumah maka segera bunda buang jauh jauh segala sesuatu yang tidak nyaman di kantor. Buang ketika bunda berjalan pulang menuju rumah. Putar peran kita yang asalnya pekerja diranah publik menjadi seorang ibu yang profesional kebanggaan keluarga. Kalau dalam iip ada yeal yeal "what problem? NO PROBLEM" "protect your self..CANCEL CANCEL GO AWAY" 😊 jadi kita pulang sudah tidak membawa segala perkara di kantor.✅


- Memberikan pujian pada anak akan berefek meningkatkan kepercayaan diri anak tsb. Tetapi, apabila hal tsb menjadikan si anak selalu memuji diri sendiri apa tidak akan menjadi masalah? Misalnya, seringkali anak saya bilang, "bunda, hebat gak kakak kana bisa begini?!"

▶Setiap anak melakukan kebaikan berikan penghargaan yang sewajarnya. Dan yang diapresiasi itu pekerjaannya bukan pribadinya. Lebih baik lagi diimbangi dengan awalan dzikir kepada Allah. Misal " alhamdulillah, sekarang kaka bisa mandi sendiri tanpa bantuan bunda" ( bukan " waah adik hebat" tanpa menyebutkan karena apa.) ✅

- Saya pernah dengar bahwa membentak anak akan menyebabkan ribuan syaraf anak terputus (maaf, lupa sumbernya). Di sisi lain, saya seringkali bermain intonasi dalam berbicara dengan anak saya, termasuk ketika saya tidak suka atas perilakunya. Sejauh mana intonasi dalam berbicara kepada anak masih baik digunakan ketika sedang marah?

▶untuk intonasi bicara ketika kita menekankan bahwa yang dilakukan anak tidak sesuai biasanya menggunakan satu level naik diatas level bicara pada umumnya. Jelasnya bagaimana insya allah kita akan cari tahu lebih lanjut ✅

4⃣ Rita

Pertanyaan pertama:
Di banyak artikel parenting, sy sering mendapatkan salah satu tahapan utk mengatasi anak yg sdg tantrum (anak tdk membuka pintu komunikasi sama sekali dan durasi tantrum sdh cukup lama) adalah dengan 'time out'. Yaitu, kita bilang ke anak kalo 'Bunda tunggu kakak di tempat A (tempat yg berbeda tp masih selokasi/serumah) sampai kakak tenang dan siap berbicara baik-baik ya'. Kmdn kita tinggalkan anak yg masih tantrum tsb. Apakah hal tersebut boleh dan tidak mengganggu prkembangan psikologis anak? Misal anak jadi merasa ditinggalkan dan tdk disayangi. Apakah ada cara yg lebih baik lagi?

▶Ada beberapa cara membuka komunikasi dengan anak ketika tantrum. Ada yang ditanya perasaan kemudian diberi pelukan, ada juga yang kita biarkan beberapa saat dulu ketika tantrumnya berlebihan dan itu pun tidak kita tinggalkan sendirian..tapi kita berada agak jauh dari anak sehingga anak masih bisa diawasi. Karena ada yang melakukan hal berbahaya ketika tantrum. Setelah anak selesai dengan tantrumya baru kita dekati tanya perasaan diberi pelukan sayang ✅

Pertanyaan kedua:
Kemudian terkait mengomunikasikan konsekuensi ke anak, agar tidak justru yg ditangkap anak adalah 'mengancam' seperti apakah baiknya?

Misal kegiatan wajib kakak adalah baca iqra setiap hari. Nah, kakak tdk selalu happy dg kewajiban ini. Kemudian kami bilang ke kakak: "Kakak kalo belum selesai baca iqra' tidak boleh menonton film anak".

▶Sebaiknya konsekuensi berlaku berdasarkan kesepakatan bersama antara orang tua dan anak. Misal kesepakatannya anak boleh bermain sepeda setelah mandi dan membaca iqro maka konsekuensinya sebelum mandi dan baca iqro belum bisa main sepeda. Dan itu berdasarkan hasil
musyawarah dengan anak.✅

5⃣ Nur Fauziah

Bagaimana caranya atau sampai pada saat kapan kita tau bahwa komunikasi kita dgn keluarga sudah efektif? Krn mungkin iya kita sudah berusaha menerima FoR dan FoE nya pasangan. Namun, klo dr pasangan blm bs menerima itu kan berarti blm terjalin FoR/FoE KITA ya. Pertanyaannya:
Sampai kapan kita bersabar atau mengalah menerima dahulu sampai terjadi komunikasi yg efektif.

▶Sampai pasangan bunda menerima baik foR dan foE bunda. Karena sejatinya kesabaran tidak mengenal batas waktu 😊✅.
Cara mengetahuinya ketika komunikasi berjalan baik dan nyaman antara bunda dengan suami ✅

6⃣ Nurlasma

Bagaimana membangun komunikasi dengan orang lain selain pasangan,misalnya komunikasi dengan mertua..krn suka berperan/ikut andil/campur tangan dlm rumah tangga kita, terlebih lg klo masih serumah dengan mertua.

▶Mba Nurlasma yang baik, saat kita berkomunikasi dengan mertua yang merupakan orangtua kita juga, maka ingatkan dulu diri kita bahwa mereka pada dasarnya sayang dengan kita sehingga apa yang disampaikan orangtua kita alangkah baiknya tetap kita balas dengan rasa hormat.

Namun, sebagai pribadi yang sudah memiliki keluarga sendiri, komunikasi seperti yang mba sampaikan di atas tentu bisa mengganggu, maka sampaikanlah jika memang ada yang kurang sreg di hati. Ajak mertua duduk bersama lalu bicarakan dari hati ke hati.  Tetap gunakan bahasa yang baik, sopan dan jelas agar beliau mudah mengerti. Tentukan mana ranah yang prinsip tidak bisa diubah, dan mana ranah yang fleksibel menyesuaikan kondisi. Seringlah ajak mertua berkegiatan bersama, sehingga masing-masing akan saling memahami. 

Ketika cara di atas dirasa kurang cocok, maka bisa minta bantuan pada pasangan untuk menengahi. Semoga membantu.✅

7⃣ Widya

Komunikasi untuk anak yg dipaparkan ini bisa diterapkan ke setiap usia anak kah? Untuk anak 2-3 tahun yg terkadang komunikasi dua arah belum terlalu lancar, bagaimana cara komunikasi yg paling efisien? Apakah salah satunya dengan komunikasi berulang terus menerus?

▶Mba Widya yang semangat, pada dasarnya anak bayi sudah bisa diajak berkomunikasi hanya saja cara meresponnya belum bisa seoptimal yang kita harapkan. Namun, untuk mendukung tumbuh kembang ananda kita, maka pastikan kita tetap berkomunikasi dengan bahasa yang sederhana sesuai usia mereka.

Anak usia 2-3 tahun sedang semangat-semangatnya menyerap kosa kata baru. Maka cara yang pas untuk berkomunikasi pada mereka adalah benar dengan terua mengulang-ulang. Di usia ini, anak sudah senang diberi arahan, maka pastikan kita menggunakan bahasa dan kata yang mudah dipahami lalu berikan apresiasi atas apa yang sudah dilakukan. Dan yang terpenting, tanyakan apa yang mereka rasakan ketika berhasil melakukan hal tersebut. Dari situ anak akan belajar untuk berkomunikasi.✅

8⃣ Rita

Musyawarah utk anak 3 tahunan seperti apa ya Teh teknisnya. Krn pasti yg aktif ngasih alternatif2 konsekuensi adalah ortunya. Misal gini, 'Kak sekarang setiap hari kita rutin baca iqra agar blablabla (mengulang materi2 sblmnya yg sdh disampaikan ke anak trkait keutamaan alQuran). Nah, kalo kakak belum baca iqra... (Disini ngga ngerti memulainya..). Agar bisa masuk ke ranah musyawarah.


▶Betul mba rita. Anak 3 tahun sudah mulai bisa diajak negosiasi. Biasanya anak akan membeberkan keinginan keinginannya sesuai dengan fitrahnya. Kita tidak bisa menuntut lebih untuk usia ini..karena memang fitrah belajar sambil bermainnya masih besar. Jika yang dimisalkan tadi..kita ingin musyawarah ataw membuat kesepakatan dengan anak supaya anak membaca iqro mulai dengan menawarkan hal yang paling anak sukai. Misal anak suka bermain diluar bersama teman ketika anak minta main diluar maka kita bisa mulai dengan diskusi ringan. " bunda lihat kaka senang ya main diluar dengan. A" 
" iya bun"
" okey, bunda izinkan kaka main diluar tapi syaratnya kaka baca iqro terlebih dahulu"
"Ga mau bun"
"Ataw kaka punya keinginan yang lain?"
" kaka beres beres mainan aja bun"
" okey, deal ya kaka boleh main diluar setelah beres beres main.
Itu salah satu contoh diskusinya. Bisa dikembangkan sesuai dengan keadaan keluarga masing masing. Tulis kesepakatn dengan gambar sederhana yang difahami anak. Semoga bisa membantu 😊✅

9⃣ Widya

Mba Anis, gmn ya caranya biar anak gk main dgn anak tertentu krn perilakunya cenderung kurang baik, takutnya nanti jd contoh yg gk baik utk anak.. Gmn komunikasi yg produktif?

▶kalau anak dilarang untuk tidak main dengan anak tertentu biasanya anak akan bertanya kenapa. Maka yang informasikan pada anak yaitu perbuatannya. Berikan penjelasan sesuai usianya mengapa hal itu tidak baik dan kenapa harus dihindari. Sehingga ketika anak menemukan temannya melakukan hal yang tidak baik anak sudah punya informasi tentang hal itu dan dengan sendirinya akan menjauhi hal yang tidak baim dari temannya bahkan bisa jadi anak kita akan menasehati temannya. Yang lain yang bisa kita lakukan yaitu membatasi interaksi anak kita dengan anak tersebut untuk sementara waktu sampai dirasa anak sudah mampu untuk memilah dan memilih.✅

Tidak ada komentar:

Posting Komentar