📝Resume Kajian Parenting Majelis Dhuha Keluarga📝
REVISI
Seri Pendidikan Berbasis Fitrah
Seri 1: Menyingkap Dahsyatnya Fitrah
Oleh Bapak Harry Santosa M. Si
Moderator: Addinul Khalish
Notulen: Febi Rahmi
Ahad, 22 Januari 2017
@Masjid Al-Iman Cipinang Elok
**********
Ayah Bunda arsitek peradaban, tiada perubahan tanpa izin Allah SWT. Bekali anak dengan fitrah.
1. Fitrah Keimanan
Bayi menangis mencari tuhan. Menyusui adalah pelajaran keimanan. Penguatan keimanan pertama kali adalah pemberian ASI secara eksklusif. Dalam pemberian ASI semua kerinduan akan Robb itu terpenuhi. Karenanya pemberian ASI ini bukan sekedar pemenuhan nutrisi namun penguatan tauhid.
Para pakar menyebut peristiwa pemberian ASI sebagai pembangun Attachment atau kelekatan. Riset membuktikan bahwa pemberian ASI bukan hanya karena nutrisi namun membangun attachment, ini juga terjadi pada bayi kera.
Dalam perspektif Tauhid tentu saja attachment ini bermakna menghadirkan rasa nyaman akan kasih sayang, rasa aman atau telindungi, rasa terpelihara dengan baik dstnya.
Ketika menyusui dilarang menyambi apalagi lihat whatsaap, tetapi tatap matanya dengan penuh sayang, sentuh dan belai tubuhnya, ajak bicara dengan lembut, dekap dengan hangat.
Pada fase dibawah 7 tahun, tugas orang tua membangkitkan gairah cinta kepada Allah.
Jangan tergesa ingin anak berstatus "shalih", karena amal shalih memerlukan waktu dan proses. Kalau status shalih, bisa dipaksa seketika namun akibatnya akan buruk dan tidak permanen. Allah ingin agar anak kita mencintai agamanya, mencintai Allah dan RasulNya, mencintai amal amal shalih dengan keridhaan dan keikhlashan.
Fokuslah pada cahaya. Pepatah arab:Deraskan maknamu bukan tinggikan suaramu, Hujanlah yang menumbuhkan bunga-bunga bukan petir dan guruhnya
Allah akan mampukan ayah bunda menjadi orang tua untuk menemukan fitrah anak.
2. Fitrah Belajar
Setiap bayi adalah seorang pembelajar tangguh yang sejati. Kita pasti sering melihat seorang bayi yang harus mengalami jatuh bangun ketika belajar atau melakukan hal baru namun itu tidak membuatnya menyerah.
Menjadi ulama itu bakat, namun menjadi da'i itu keharusan. Ibu menumbuhkan fitrah, ayah mengajarkan.
Setiap anak adalah pembelajar sejati. Tidak ada anak yg tidak suka belajar kecuali fitrahnya telah terkubur atau tersimpangkan.
3. Fitrah Bakat
Tidak mungkin anak tidak memiliki keistimewaan.
Apakah kita yg menciptakan anak kita sehingga kita tahu anak kita harus menjadi apa kelak? Bukankah Allah yang menciptakan mereka, bahkan kita tidak pernah tahu tujuan spesifik penciptaan anak kita, apa misi spesifik anak-anak kita di muka bumi? Tugas kita hanyalah menemani mereka dalam menemukan, menyadari dan menjaga fitrah nya, termasuk fitrah bakat atau potensi uniknya.
4.Fitrah Perkembangan
Setiap bayi sampai aqil baligh akan melewati tahap-tahap perkembangan yang harus diikuti. TIDAK berlaku kaidah makin cepat makin baik.
Pada usia dibawah 7 tahun anak sedang berada pada ego sentris dimana dirinya merasa pusat semesta. Pada masa ini anak belum punya tanggungjawab moral dan sosial, karenanya juga tidak ada perintah sholat. Mendisiplinkan dan memandirikan anak pada tahap ini lebih informal, jangan buru-buru.
Begitupula fitrah seksualitas, pada masa ini harus dengan jelas mengungkapkan identitasnya, sebagai perempuan atau lelaki pada usia 3 tahun. Dari sisi kelekatan (attachment) masa sejak menyusui sampai 6 tahun adalah masa kritis pertumbuhan fitrah seksualitas. Masa hidup Nabi SAW sejak lahir adalah masa dimana beliau tidak pernah kehilangan sosok ayah dan sosok ibu walau yatim piatu.
**********
Q&A :
1. Q: Usia 11-14 kan periode anak laki didekatkan ke ibunya. Lantas bagaimana jika dia dimasukkan ke pesantren?
A: Di pesantren harus ada sosok pengganti orang tua, sehingga anak tidak kehilangan sosok orangtua seperti bagaimana halnya Rasulullah diasuh oleh keluarga kakek dan saudara-saudaranya.
2. Q: Anak pertama saat denger murottal cepat menghafal dan juga dilihat ada bakat menggambar. Saya harus bagaimana apakah sekalian difokuskan jadi ulama, tp ingin juga dia bisa mengembangkan potensi menggambarnya
A: Usia anak dibawah 7 tahun belum terlihat bakat dan dominan anak. Sehingga biarkan dulu sesuai fitrahnya dan lihat apakah anak enjoy dengan kegiatan tsb. Biasakan mendokumentasikan dan membuat portofolio aktivitas anak.
3. Q: Anak laki umur 6 tahun keranjingan hape kalo diatur atau diambil hapenya tantrum. Bagaiman mengatasinya?
A: Kalau sudah sampai tantrum, berarti anak sudah addict dengan hp. Solusinya banyak ajak anak di kegiatan luar, dekatkan dengan alam. Biarkan anak mengeksplorasi dan tugas orangtua mendampingi.
4. Q: Anak pertama dulu autis sekarang mau SMA. Daya hafal qurannya kuat tapi sedikit ngomong. Bagaimana kelanjutan pendidikannya?
A: Anak diam bisa jadi otaknya sedang "muter" memikirkan sesuatu. Liat dan dampingi anak dalam kegiatannya.
5. Q: Bagaimana jika anak tidak tuntas menyelesaikan periode egosentrisnya? bagaimana jika tahapan usia pengembangan fitrah terlewati namun belum dilakukan?
A:Anak anak pada tahap 0-6 tahun yang tidak terpuaskan egonya, tidak tuntas sensor motoriknya, tidak selesai bahasa ibunya, tidak berkembang imajinya, maka pada tahap usia selanjutnya akan ada masalah. Caranya mengulang kembali tahapan yang belum terselesaikan tsb dan mencoba memenuhi fitrahnya.
6. Q: Apakah saat dewasa kita kita masih bisa mengeksplorasi/menggali fitrah kita?
A: Masih bisa namun lebih susah dibandingkan dengan anak-anak karena mengulang kembali dan banyak pengaruh dari lingkungan yang membentuk.
7. Punya anak laki-laki umur 4 th, suami sering dinas. Dulu semangat ikutan shalat jumat kalo diajak kakeknya. Sekarang ngga mau kalo diajak
A: Allah Maha Tahu bahwa tidak ada anak di bawah usia 7 tahun yang suka pada gerakan sholat yang sangat formal karena memang sholat untuk orang yang sudah dewasa. Maka sangat dianjurkan untuk mendahulukan anak cinta pada kebaikan termasuk sholat sebelum mengajarkan bacaan sholat, tertib waktu shalat.
Jika suami sering dinas, cari pengganti sosok ayah. Bisa dengan mengikuti komunitas-komunitas, anggota keluarga lain sehingga anak tetap terpenuhi kehadiran "peran" ayah disana.
8. Q: anak baru masuk SDIT apa sudah harus terpisah laki perempuan?
A: Fitrah seksualitas kecenderungan pada lawan jenis pada usia masuk SD belum ada. Anak mengenal peran dan identitas sebagai lelaki dan perempuan.
9. Q: Anak 1&2 beda 1 tahun suka rebutan mainan. Bagaimana solusinya?
A: Jangan paksa anak berbagi pada usia dibawah 7 tahun karena akan mencederai fitrahnya. Beri nama mainan milik siapa pada setiap barang, sehingga anak tau kepemilikan. Jangan tergesa-gesa meminta anak bisa berbagi.
Semoga bermanfaat.
======================
Jangan lewatkan MDK Seri 2 :
Fitrah Keimanan dengan judul Cinta Sebelum Islam, Iman Sebelum Amal
Bersama narasumber Ust. Adriano Rusfi
🗓Ahad,19 Februari 2017
@Masjid Al Iman Cipinang Elok
***********
Majelis Dhuha Keluarga
Sponsored by
Yayasan Masjid Al Iman
Majlis Taklim An-Nisa
Rumah Keluarga Indonesia
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus