Selasa, 24 Januari 2017

Kajian Parenting Majelis Dhuha Keluarga "Pendidikan Berbasis Fitrah"

📝Resume Kajian Parenting Majelis Dhuha Keluarga📝

REVISI

Seri  Pendidikan  Berbasis  Fitrah

Seri 1: Menyingkap  Dahsyatnya  Fitrah
Oleh  Bapak  Harry  Santosa  M. Si
Moderator: Addinul  Khalish
Notulen: Febi  Rahmi

Ahad, 22 Januari 2017
@Masjid Al-Iman Cipinang Elok

**********
Ayah  Bunda  arsitek  peradaban, tiada  perubahan  tanpa  izin  Allah  SWT. Bekali  anak  dengan fitrah.

1. Fitrah Keimanan
Bayi  menangis  mencari  tuhan. Menyusui  adalah  pelajaran  keimanan. Penguatan keimanan pertama kali adalah pemberian ASI secara eksklusif. Dalam pemberian ASI semua kerinduan akan Robb itu terpenuhi. Karenanya pemberian ASI ini bukan sekedar pemenuhan nutrisi namun penguatan tauhid. 

Para pakar menyebut peristiwa pemberian ASI sebagai pembangun Attachment atau kelekatan. Riset membuktikan bahwa pemberian ASI bukan hanya karena nutrisi namun membangun attachment, ini juga terjadi pada bayi kera.
Dalam perspektif Tauhid tentu saja attachment ini bermakna menghadirkan rasa nyaman akan kasih sayang, rasa aman atau telindungi, rasa terpelihara dengan baik dstnya.

Ketika menyusui dilarang menyambi apalagi lihat whatsaap, tetapi tatap matanya dengan penuh sayang, sentuh dan belai tubuhnya, ajak bicara dengan lembut, dekap dengan hangat.

Pada  fase  dibawah 7 tahun, tugas  orang  tua  membangkitkan  gairah  cinta  kepada Allah.

Jangan tergesa ingin anak berstatus "shalih", karena amal shalih memerlukan waktu dan proses. Kalau status shalih, bisa dipaksa seketika namun akibatnya akan buruk dan tidak permanen. Allah ingin agar anak kita mencintai agamanya, mencintai Allah dan RasulNya, mencintai amal amal shalih dengan keridhaan dan keikhlashan.

Fokuslah  pada  cahaya. Pepatah arab:Deraskan maknamu bukan tinggikan suaramu, Hujanlah yang menumbuhkan bunga-bunga bukan petir dan guruhnya 

Allah  akan  mampukan  ayah  bunda  menjadi  orang  tua  untuk  menemukan  fitrah  anak.

2. Fitrah Belajar
Setiap bayi adalah seorang pembelajar tangguh yang sejati. Kita pasti sering melihat seorang bayi yang harus mengalami jatuh bangun ketika belajar atau melakukan hal baru namun itu tidak membuatnya menyerah. 

Menjadi  ulama  itu  bakat, namun  menjadi  da'i  itu  keharusan. Ibu  menumbuhkan  fitrah, ayah  mengajarkan.

Setiap anak adalah pembelajar sejati. Tidak ada anak yg tidak suka belajar kecuali fitrahnya telah terkubur atau tersimpangkan.

3. Fitrah Bakat
Tidak  mungkin  anak  tidak  memiliki  keistimewaan.

Apakah kita yg menciptakan anak kita sehingga kita tahu anak kita harus menjadi apa kelak? Bukankah Allah yang menciptakan mereka, bahkan kita tidak pernah tahu tujuan spesifik penciptaan anak kita, apa misi spesifik anak-anak kita di muka bumi? Tugas kita hanyalah menemani mereka dalam menemukan, menyadari dan menjaga fitrah nya, termasuk fitrah bakat atau potensi uniknya.

4.Fitrah  Perkembangan
Setiap bayi sampai aqil baligh akan melewati tahap-tahap perkembangan yang harus diikuti. TIDAK berlaku kaidah makin cepat makin baik. 

Pada usia dibawah 7 tahun anak sedang berada pada ego sentris dimana dirinya merasa pusat semesta. Pada masa ini anak belum punya tanggungjawab moral dan sosial, karenanya juga tidak ada perintah sholat. Mendisiplinkan dan memandirikan anak pada tahap ini lebih informal, jangan  buru-buru.

Begitupula fitrah seksualitas, pada masa ini harus dengan jelas mengungkapkan identitasnya, sebagai perempuan atau lelaki pada usia 3 tahun. Dari sisi kelekatan (attachment) masa sejak menyusui sampai 6 tahun adalah masa kritis pertumbuhan fitrah seksualitas. Masa hidup Nabi SAW sejak lahir adalah masa dimana beliau tidak pernah kehilangan sosok ayah dan sosok ibu walau yatim piatu. 

**********

Q&A :

1. Q: Usia 11-14 kan periode anak laki didekatkan ke ibunya. Lantas bagaimana jika dia dimasukkan ke pesantren?

A:  Di pesantren  harus  ada  sosok  pengganti  orang  tua, sehingga  anak  tidak  kehilangan  sosok  orangtua  seperti  bagaimana  halnya  Rasulullah  diasuh  oleh  keluarga  kakek  dan  saudara-saudaranya.

2. Q: Anak pertama saat denger murottal cepat menghafal  dan juga dilihat ada bakat menggambar. Saya harus bagaimana apakah sekalian difokuskan jadi ulama, tp ingin juga dia bisa mengembangkan potensi menggambarnya

A: Usia anak  dibawah 7 tahun belum  terlihat bakat  dan  dominan  anak. Sehingga  biarkan  dulu  sesuai fitrahnya dan  lihat  apakah  anak  enjoy  dengan  kegiatan  tsb. Biasakan mendokumentasikan  dan  membuat  portofolio  aktivitas  anak.

3. Q: Anak laki umur 6 tahun keranjingan hape kalo diatur atau diambil hapenya tantrum. Bagaiman mengatasinya?

A: Kalau  sudah  sampai tantrum, berarti anak  sudah  addict dengan  hp. Solusinya  banyak  ajak  anak  di  kegiatan  luar, dekatkan  dengan  alam. Biarkan anak mengeksplorasi dan tugas orangtua mendampingi. 

4. Q: Anak pertama dulu autis sekarang mau SMA. Daya hafal qurannya kuat tapi sedikit ngomong. Bagaimana kelanjutan pendidikannya?

A: Anak  diam  bisa  jadi  otaknya  sedang "muter" memikirkan  sesuatu. Liat  dan  dampingi  anak  dalam  kegiatannya.

5. Q: Bagaimana  jika anak tidak tuntas menyelesaikan periode egosentrisnya? bagaimana jika tahapan usia pengembangan fitrah terlewati namun belum dilakukan?

A:Anak anak pada tahap 0-6 tahun yang tidak terpuaskan egonya, tidak tuntas sensor motoriknya, tidak selesai bahasa ibunya, tidak berkembang imajinya, maka pada tahap usia selanjutnya akan ada masalah. Caranya  mengulang  kembali  tahapan yang belum terselesaikan tsb dan  mencoba  memenuhi  fitrahnya.

6. Q: Apakah saat dewasa kita kita masih bisa mengeksplorasi/menggali fitrah kita?

A: Masih  bisa  namun  lebih  susah  dibandingkan  dengan  anak-anak  karena  mengulang  kembali  dan  banyak pengaruh  dari  lingkungan yang  membentuk.

7. Punya anak laki-laki umur 4 th, suami sering dinas. Dulu semangat ikutan shalat jumat kalo diajak kakeknya. Sekarang ngga mau kalo diajak

A: Allah Maha Tahu bahwa tidak ada anak di bawah usia 7 tahun yang suka pada gerakan sholat yang sangat formal karena memang sholat untuk orang yang sudah dewasa. Maka sangat dianjurkan untuk mendahulukan anak cinta pada kebaikan termasuk sholat sebelum mengajarkan bacaan sholat, tertib  waktu shalat.

Jika  suami  sering  dinas, cari  pengganti  sosok  ayah. Bisa  dengan  mengikuti  komunitas-komunitas, anggota  keluarga  lain  sehingga  anak  tetap  terpenuhi  kehadiran  "peran" ayah  disana.

8. Q: anak baru masuk SDIT apa sudah harus terpisah laki perempuan?

A: Fitrah  seksualitas kecenderungan pada lawan  jenis  pada  usia  masuk  SD  belum  ada. Anak  mengenal  peran  dan  identitas sebagai  lelaki dan  perempuan.

9. Q: Anak 1&2 beda 1 tahun suka rebutan mainan.  Bagaimana solusinya? 

A: Jangan paksa anak berbagi pada usia dibawah 7 tahun karena akan mencederai fitrahnya. Beri nama mainan milik siapa pada setiap barang, sehingga anak tau kepemilikan.  Jangan tergesa-gesa meminta anak bisa berbagi. 

Semoga bermanfaat. 

======================

Jangan  lewatkan  MDK  Seri 2 : 
Fitrah  Keimanan dengan judul Cinta Sebelum Islam, Iman Sebelum Amal 
Bersama narasumber Ust. Adriano Rusfi

🗓Ahad,19 Februari 2017
@Masjid Al Iman Cipinang Elok

***********

Majelis Dhuha Keluarga
Sponsored by
Yayasan Masjid Al Iman
Majlis Taklim An-Nisa
Rumah Keluarga Indonesia

1 komentar: